Silvia, Jadi Dokter Muda di Korea

Tiga mahasiswa coass Fakultas Kedokteran UNISSULA Silvia Lestari, Maria Ulfa dan Dinar Kukuh Prasetyo melakukan coass di negeri Gingseng Korea Selatan. Dalam bidang medis, Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara terbaik dalam riset medis dan klinis.  Berawal dari keisengan mencari kesempatan melakukan coass diluar negeri, mereka  melakukan pencarian melalui google, Yonsei University merupakan pilihan utama kami karena universitas tersebut merupakan salah satu dari tiga universitas terbaik di Korea Selatan, dan berhasil menduduki peringkat 18 universitas terbaik di Asia.

Setelah melalui seleksi, Mei 2015 kami berhasil diterima untuk mengikuti program tersebut yang berlangsung pada 28 September 2015 sampai dengan 16 Oktober 2015. Pada program tersebut kami mengambil departemen yang berbeda-beda, Silvia mengambil Allergy and Pulmonology of Pediatrics Departement (Ilmu Kesehatan Anak; Alergi dan Pulmonologi), Maria mengambil Cardiology Departement (Ilmu Penyakit Jantung), dan Dinar mengambil Opthalmology Departement (Ilmu Kesehatan Mata).

Selama mengikuti program tersebut,mereka  dibimbing secara langsung oleh profesor yang berpengalaman pada masing-masing disiplin ilmu pendidikan kedokteran. Banyak hal yang kami pelajari, dari mulai cara menangani pasien, mendiskusikan berbagai penyakit, mengikuti konferensi ilmu terkait dan mengikuti program operasi.

Silvia dengan latar Severance Hospital Yonsei University
Silvia dengan latar Severance Hospital Yonsei University

Selama menempuh program di Yonsei University mereka menemukan  hal yang menarik. Sistem pendidikan kedokteran di Yonsei University sangatlah berbeda dengan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Jika di UNISSULA terdapat dua fase yaitu fase preklinik selama 3,5 tahun dan fase klinik (coass) selama 1,5 tahun, total pendidikan dokter 5 tahun. Di Yonsei University fase preklinik hanya berlangsung selama 2 tahun dan fase klinik selama 4 tahun. Sehingga total pendidikan dokter di Korea Selatan berlangsung selama 6 tahun. Mahasiswa kedokteran di Indonesia mayoritas perempuan, sedangkan mahasiswa kedokteran di Korea Selatan mayoritas laki-laki. Walaupun sistemnya berbeda, namun materi pembelajarannya sama, sehingga memudahkan kami untuk saling berdiskusi tentang ilmu kedokteran. Kegiatan mahasiswa kedokteran di Yonsei University hampir sama dengan Universitas Islam Sultan Agung dimana terdapat journal reading serta case presentation setiap minggunya.

Silvia juga mendapatkan tawaran untuk mengikuti suatu konferensi internasional tentang alergi yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan. “Awalnya saya tertarik untuk mengikuti konferensi tersebut, tetapi setelah saya melihat persyaratan konferensi tersebut, ternyata biayanya sangat mahal sehingga saya mengurungkan niat saya untuk mengikuti konferensi tersebut. Akan tetapi, siapa sangka kalau ternyata Yonsei University bersedia untuk membiayai saya mengikuti konferensi tersebut atas rekomendasi profesor yang mengampu saya”. Sehingga, pada tanggal 14-17 Oktober 2015 saya mengikuti World Allergy Conference 2015 . Saya sangat beruntung sekali bisa mengikuti konferensi tersebut. Pada konferensi tersebut banyak kemajuan ilmu kedokteran yang dipresentasikan sehingga sangat menambah wawasan saya di bidang ilmu kedokteran” tutur Silvia.

Kami sangat bangga sekali karena professor, dokter spesialis, serta residen membimbing kami secara langsung dalam menangani pasien. Bahkan mereka sangat memperhatikan kondisi kami. Identitas kami sebagai muslim tidak lepas karena saya dan Maria menggunakan hijab. Akan tetapi, hijab tidak membuat kami terkucilkan, mereka sangat menghargai kami sebagai muslim. Contohnya, kami kerap dilarang untuk memakan makanan yang mengandung babi atau pun alkhohol. Pernah suatu hari, saya diajak untuk makan siang tapi saya menolak karena saya takut akan makanan yang saya makan nanti mengandung babi. Saya mengatakan bahwa saya vegetarian, seketika itu juga mereka memutuskan untuk makan di restoran italia dimana mereka hanya memesan sayuran dan seafood. Saya tersanjung sekali dengan perhatian serta toleransi yang mereka berikan.

bersama teman dan Professor pembimbing
bersama teman dan Professor pembimbing

Hari-hari yang dilalui di Korea Selatan sebagai dokter muda sangatlah menakjubkan. “Banyak sekali yang bisa kami pelajari selama disana, dari ilmu pengetahuan sampai budaya. Sejak tahun 2011 saya memang sudah meniatkan diri untuk bisa belajar sampai ke negeri ginseng, sehingga saya mempersiapkan diri dengan mengikuti kursus bahasa Korea di Universitas Islam Sultan Agung selama kurang lebih 2,5 tahun. Senang sekali rasanya bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapat selama kursus bahasa korea di CILAD UNISSULA  yang sangat berguna ketika saya berada di Korea Selatan. Pengalaman saya ini, diharapkan bisa memotivasi seluruh mahasiswa yang berkeinginan untuk belajar di luar negeri. Man jadda Wa Jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti ada jalannya. Dunia ini luas, banyak yang bisa kita pelajari. Siapa pun bisa, bagi yang mau berusaha dan senantiasa berdoa. Saya pun masih berniat untuk belajar disana lagi, entah bagaimana caranya, yang penting adalah berusaha. You can be a tourist anytime, but study abroad as a doctor is another story. tutur Silvia menutup cerita tentang pengalamanya di Korea.

 

 

 

 

 

                                                                                               

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply